PEMECAHAN MASALAH SEKOLAH MENGGUNAKAN TEKHNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
oleh : YENI RONALISA
RODHI MADZKURI
I. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
SMA Kesatuan 1 Samarinda sebagai salah satu sekolah swasta yang tertua di Samarinda berusaha mengembangkan kualitas dirinya agar dapat mengimbangi perkembangan dunia pendidikan ini, khususnya di Samarinda dan Indonesia pada umumnya. Namun, dalam perjalanan perbaikan diri tentunya mengalami beberapa permasalahan yang perlu dicarikan solusinya.
Makalah ini dibuat untuk menganalisis beberapa permasalahan yang ada di SMA Kesatuan 1 Samarinda dan mencarikan pemecahannya berbasis Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
II. PERUMUSAN MASALAH
SMA Kesatuan 1 Samarinda sekolah yang berdiri sejak tahun 1980 yang mengalami pasang surut. Dengan bermunculannya sekolah-sekolah negeri yang baru, sekolah-sekolah swasta harus memiliki daya saing yang tinggi sehingga dapat ‘hidup’, dengan kata lain masih mampu menyerap siswa dalam jumlah yang banyak.
Namun, tidak dipungkiri dengan standar umum dan tidak ada perubahan yang berarti dari tahun ke tahun membuat SMA Kesatuan 1 Samarinda saat ini mengalami penurunan kuantitas siswa. Berdasar penemuan-penemuan permasalahan di lapangan ada beberapa hal yang dapat dirumuskan penulis, yakni :
1. Informasi terbaru tentang SMA Kesatuan 1 Samarinda yang belum tersebar luas.
2. Peralatan praktikum kurang untuk mata pelajaran sains (Fisika, Kimia dan Biologi).
III. TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, mrupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.
Bittner mengatakan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis, 1985)
Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (Surat Kabar, Majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.
Dari beberpa defenisi di atas dapat disarikan beberapa unsur yang terlibat dalam komunikasi massa.
1. sumber
2. khalayak
3. pesan
4. proses
5. konteks
6. media
Karakter Komunikasi massa:
1. Ditujukan pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak mengenal batas geografis-kultural.
2. Bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Kegiatan penciptaan pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi.
3. Pola penyampaian bersifat cepat dan tidak terkendala oleh waktu dalam menjangkau khalayak yang luas.
4. Penyampaian pesan cenderung satu arah.
5. Kegiatan komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi.
6. Penyampaian pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer.
7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, politik dll)
Teori-teori komunikasi massa :
1. Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition)
Teori pengaruh komunikasi massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang kelihatan berliku-liku dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) Individu-individu dipercaya sebagai dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, karena media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik. Menurut model ini, jika Anda melihat iklan Close Up maka setelah menonton iklan Close Up maka Anda seharusnya mencoba Close Up saat menggosok gigi.
Kemudian pada tahun 50-an, ketika aliran hipotesis dua langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang minimal. Misalnya iklan Close Up dipercaya tidak akan secara langsung mempengaruhi banyak orang-orang untuk mencobanya. Kemudian dalam 1960-an, berkembang wacana baru yang mendukung minimalnya pengaruh media massa, yaitu bahwa pengaruh media massa juga ditengahi oleh variabel lain. Suatu kekuatan dari iklan Close Up secara komersil atau tidak untuk mampu mempengaruhi khalayak agar mengkonsumsinya, tergantung pada variabel lain. Sehingga pada saat itu pengaruh media dianggap terbatas (limited-effects model).
Sekarang setelah riset di tahun 1970-an dan 1980-an, banyak ilmuwan komunikasi sudah kembali ke powerful-effects model, di mana media dianggap memiliki pengaruh yang kuat, terutama media televisi.Ahli komunikasi massa yang sangat mendukung keberadaan teori mengenai pengaruh kuat yang ditimbulkan oleh media massa adalah Noelle-Neumann melalui pandangannya mengenai gelombang kebisuan.
2. Uses, Gratifications and Depedency
Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan serimg diguankan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388). Di sini sikap dasarnya diringkas sebagai berikut :
Studi pengaruh yang klasik pada mulanya mempunyai anggapan bahwa konsumen media, bukannya pesan media, sebagai titik awal kajian dalam komunikasi massa. Dalam kajian ini yang diteliti adalah perilaku komunikasi khalayak dalam relasinya dengan pengalaman langsungnya dengan media massa. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa(Rubin dalam Littlejohn, 1996 : 345).
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).
Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut :
Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi
Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial
Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai
Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).
Seperti yang telah kita diskusikan di atas, uses and gratifications merupakan suatu gagasan menarik, tetapi pendekatan ini tidak mampu melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal secara lebih mendalam. Untuk itu mari sekarang kita mendiskusikan beberapa perluasan dari pendekatan yang dilakukan dengan teori uses and gratifications.
3. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media –kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
4. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Lalu apa yang sebenarnya melandasi ketergantungan khalayak terhadap media massa ?
Ada dua jawaban mengenai hal ini. Pertama, khalayak akan menjadi lebih tergantung terhadap media yang telah memenuhi berbagai kebutuhan khalayak bersangkutan dibanding pada media yang menyediakan hanya beberapa kebutuhan saja. Jika misalnya, Anda mengikuti perkembangan persaingan antara Manchester United, Arsenal dan Chelsea secara serius, Anda mungkin akan menjadi tergantung pada tayangan langsung Liga Inggris di TV 7. Sedangkan orang lain yang lebih tertarik Liga Spanyol dan tidak tertarik akan Liga Inggris mungkin akan tidak mengetahui bahwa situs TV 7 berkaitan Liga Inggris telah di up date, atau tidak melihat pemberitaan Liga Inggris di Harian Kompas.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
B. Pengertian E-learning
Definasi ‘e-learning’ atau electonic learning ini seringkali berubah-ubah selaras dengan kemajuan teknologi pada masa kini. Secara umumnya, ‘elearning’ adalah pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau internet) untuk menyampaikan isi materi yang diajarkan. Komputer, .internet, Intranet, satelit, tape audio/ video, TV interaktif dan CD ROM adalah sebagian media elektronik yang dimaksudkan di dalam kategori ini.
Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan: e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media
Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhan.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat elearning.
Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
C. Kelebihan dan kekurangan e-learning
Dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang konvensional/ tradisional, e-learning memang memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis (dalam kasus tertentu). E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/ materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan belajar setiap saat dan berulangulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Kehadiran guru tidak mutlak diperlukan Guru akan lebih mudah :
Melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir.
Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya.
Mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
Namun disamping itu e-learning juga mempunyai beberapa kelemahan yang cenderung kurang menguntungkan baik bagi guru, diantaranya :
Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun e-learning ini.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
Bagi orang yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
D. Pembelajaran Multimedia
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingnya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu pengertian. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan menggunakan berbagai media dapat meningkatkan daya serap anak. Dalam pembelajaran ilmu sains metode praktikum merupakan metode yang sangat baik digunakan. Namun jika metode praktikum tidak dapat dipenuhi maka dapat dicoba menggunakan metode yang lain, namun cukup efektif.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu.
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan suara.
b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda.
b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.
d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram
f. Komputer
IV. SARAN PEMECAHAN MASALAH
1. Komunikasi yang tercipta antara sekolah dengan pihak masyarakat luas dapat dikategorikan sebagai komunikasi massa. Dalam berkomunikasi secara massa sekolah harus memilah metode-metode yang efisien dan efektif. Antara sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Metode penyebaran informasi berbasis tekhnologi yang ditawarkan penulis untuk menginformasikan perkembangan sekolah adalah dengan menggunakan fasilitas internet dan media televisi.
Penggunaan fasilitas internet dapat dilakukan melalui cara berikut ini :
Membuat website sekolah. Yang memuat informasi-informasi tentang sekolah, hasil-hasil kreatifitas siswa dan guru, dan tulisan-tulisan guru mau pun staf sekolah. Saat ini website sekolah sudah dibuat dan mulai dikembangkan, yaitu : www.smakesatuan1smd.com.
Membuat dan mengelola milis siswa dan alumni dengan baik. Mencari alumni yang mempunyai pengalaman-pengalaman yang baik dari SMA Kesatuan 1 dan mengajak mereka aktif berpartisipasi aktif mengelola milis. Menerbitkan topik-topik positif yang dapat ditanggapi siswa dan alumni sehingga dapat meramaikan milis.
Beberapa manfaat membuat milis siswa dan alumni :
Terjalin komunikasi aktif antara siswa, alumni dan sekolah. Sehingga penyebaran informasi positif sekolah dapat menyebar dengan cepat dan apabila ada informasi negatif tentang sekolah dapat dibendung dengan cepat.
Biaya murah. Karena dapat memanfaatkan penyedia milis gratis. Pengelolaannya pun dapat dilakukan oleh siswa, alumni, guru maupun staf sekolah.
Membuat iklan di televisi, tapi metode ini relatif mahal.
Bekerjasama dengan media televisi pada acara tertentu mereka yang berkaitan dengan sekolah. Kita membantu memfasilitasi mereka.
2. Proses pembelajaran e-learning dan multimedia sebagai alternatif menunjang kurangnya praktikum siswa di laboratorium.
Pada makalah penulis hanya mencontohkan pembelajaran e-learning pada mata pelajaran sains dan beberapa standar kompetensi yang dapat ditunjang dengan pembelajaran menggunakan multimedia dan e-learning.
Guru mencari software-software tentang sains, bisa di internet atau di toko-toko buku. Dan menggunakan multimedia sebagai pengganti praktikum yang tidak dapat dilakukan, minimal mereka mampu melihat ilustrasi-ilustrasi praktikum secara multimedia.
Guru juga dapat meminta siswa mempelajari tema-tema tertentu di internet dan melaporkan hasilnya. Kenapa menggunakan e-learning ?
Menghemat waktu proses belajar mengajar
Mengurangi biaya perjalanan
Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku)
Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
Untuk mendesign mata pelajaran yang hendak disampaikan melalui pembelajaran multimedia, seorang guru harus menyiapkan Rencana Pembelajaran dan persiapan-persiapan yang diperlukan. Menurut Ides Fidiatno, persiapan-persiapan itu meliputi :
1. Persiapan awal :
1.1.Menyiapkan Rencana Pembelajaran
1.2.Mengumpulkan data-data yang diperlukan, gambar atau film / slide (jika
dimungkinkan ada)
1.3.Menyiapkan perangkat komputer ( software yang diperlukan )
2. Pembuatan presentasi untuk pembelajaran.
2.1.Tidak harus semua materi yang akan diajarkan diinformasikan semua
dalam presentasi. Dibutuhkan jiwa seni bagi seorang guru dalam
membuat design presentasi pembelajaran.
2.2.Presentasi mencakup pokok-pokok materinya saja.
2.3.Menyisipkan gambar-gambar, film atau suara jika diperlukan.
2.4.Sebaiknya pada akhir presentasi dibuatkan soal-soal atau tugas-tugas
untuk siswa.
3. Pelaksanaan :
3.1.Sebelum pelajaran dimulai guru menyiapkan tempat presentasi. Ruang
presentasi dapat menggunakan perpustakaan atau laboratorium.
3.2.Menyiapkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan misalnya, komputer,
LCD proyektor, screen proyektor, microphone dan pengeras suara.
3.3.Pelaksanaan pembelajaran.
3.4.Penilaian ( Post Test )
V. DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elviarno dan Erdaya, Lukiati. (2004). Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Munir Dr (2007), Strategi Pengembangan B2b E-Commerce, Bahan Kuliah pada Prodi Pendidikan Ilmu Komputer UPI Bandung ,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 12 November.
Wahid,Fathul (2003). Peran Teknologi Informasi Dalam Modrenisasi Pendidikan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 3 Juli.
Mustolih. 2007. Media Pembelajaran. Dapat diakseshttp://mustolihbrs.wordpress.com/2007/12/04/multi-media-dalam-pembelajaran.
Fidiatno, Ides. 2007. Pelajaran Berbasis Multimedia. Dapat diakses di http://media.diknas.go.id/media/document/5335.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar